Budidaya padi salibu merupakansalah satu inovasi teknologi untuk memacu produktivitas/ peningkatan produksi. Teknologi Salibu (ratun yang modifikasi) Adalah teknologi budidaya padi dengan memanfaatkan batang bawah setelah panen sebagai penghasil tunas/anakan yang akan dipelihara.Tunas ini berfungsi sebagai pengganti bibit pada sistim tanam pindah (ta-pin).
Padi Salibu merupakan tanaman padi yang tumbuh lagi setelah batang sisa panen ditebas/dipangkas, tunas akan muncul dari buku yang ada didalam tanah tunas ini akan mengeluarkan akar baru sehingga suplay hara tidak lagi tergantung pada batang lama, tunas ini bisa membelah atau bertunas lagi seperti padi tanaman pindah biasa, inilah yang membuat pertumbuhan dan produksinya sama atau lebih tinggi dibanding tanaman pertama (ibunya). Padi salibu berbeda dengan padi ratun, ratun adalah padi yang tumbuh dari batang sisa panen tanpa dilakukan pemangkasan batang, tunas akan muncul pada buku paling atas, suplay hara tetap dari batang lama.
Pertumbuhan tunas setelah dipotong sangat dipengaruhi oleh ketesrsedian air tanah, dan pada saat panen sebaiknya kondisi air tanah dalam keadaan kapasitas lapang. Untuk mengimbangi kebutuhan unsur hara pada masa pertumbuhan anakan padi salibu perlu pemupukan yang cukup, terutama hara nitrogen. Unsur nitrogen merupakan komponen utama dalam sintesis protein, sehingga sangat dibutuhkan pada fase vegetatif tanaman, khususnya dalam proses pembelahan sel. Tanaman yang cukup mendapatkan nitrogen memperlihatkan daun yang hijau tua dan lebar, fotosintesis berjalan dengan baik, unsur nitrogen adalah faktor penting
Pada budidaya padi salibu ada beberapa faktor yang berpengaruh antara lain; 1) tinggi pemotongan batang sisa panen, 2) varietas, 3) kondisi air tanah setelah panen, dan 4) pemupukan.
Adapun Manfaat Teknologi Padi Salibua antara lain adalah sebagai berikut :
Meningkatkan produktivitas lahan (4-6 t/ha) melalui peningkatan Ip (0,5-1 x panen/tahun
Penghematan biaya produksi pada pengolahan tanah, tanam dan benih
Menanggulangi ketersedian benih dan dapat mempertahankan kemurnian benih
Sedangkan Dampak Teknologi Padi Salibu bagi petani :
Meningkatkan pendapatan petani, sebesar Rp.20-25Juta/ ha/tahun, karena produksi meningkat 4-6 ton/ha/tahun
Peluang pengembalian jerami (bh. organik) lebih besar, terutama dari potongan batang sisa panen *Menuju pertanian organik yang ramah lingkungan*
Bagi daerah yang kekurangan tenaga kerja sangat membantu dan memacu peningkatan produksi
Bila 1 Provinsi mengembangkan Padi Salibu 40.000 Ha terjadi peningkatan hasil 250.000 ton /tahun dan pendapatan masyarakat sekitar Rp. 1 triliun/tahun
Adapun Urutan kerja teknologi salibu adalah sebagai berikut:
- Setelah panen mt-1 / induknya ; batang bawah dipotong ulang tinggi 3-5 cm pada 7-10 hsp setelah sebelumnya terlebih dahulu dilakukan penggenangan selama 2-3 hari.
- Pada minggu ke 2 diari ,kemudian setelah berumur 20-25 hsp dilakukan penjarangan, penyulaman, pemupukan , penyiangan seperti biasa dan pembenaman jerami.
- Pemeliharaan dari serangan OPT
- Panen sudah dapat dilakukan pada umur 90 hari (20 % lebih awal dari biasa)
Budidaya salibu akan meningkatkan indek panen karena, tidak lagi melakukan pengolahan tanah, persemaian dan tanam, sehingga rentang waktu produksi lebih pendek. Budidaya ini secara tidak lansung juga dapat menanggulangi keterbatasan varietas unggul, karena pertumbuhan tanaman selanjutnya terjadi secara vegetative maka mutu varietas tetap sama dengan tanaman pertama.