budidaya tales jepang satoimo

Talas Jepang (Colocasia esculenta var. antiquorum) atau yang dikenal sebagai satoimo (Jepang) merupakan komoditas pangan alternatif yang mulai popular dikembangkan di Indonesia karena memiliki nilai dan prospek ekonomi yang cukup bagus, khususnya sebagai bahan pangan dan komoditas ekspor ke Negara Jepang. Secara normal tanaman ini dapat menghasilkan 30-40 ton Bahan pangan ini sudah menjadi salah satu bahan utama bagi sebagian besar penduduk makanan Jepang sebagai pengganti beras dan kentang, karena mereka menganggap beras dan kentang banyak mengandung karbohidrat dan gula.

Berbeda dengan jenis talas (taro) lainnya, talas jepang selain bisa diolah menjadi pagan olahan pengganti kentang dan terigu seperti tart, kue kering, pie atau makanan ringan, talas jenis ini bisa dikonsumsi langsung dalam keadaan mentah, rasanya yang mirip-mirip dengan salak pondoh membuat sebagian orang menyebutnya keladi salak. Kalau anda pernah mencicipi makanan ringan berupa Taro Snack atau pie Genji Taro, itu merupakan contoh dari pangan olahan berbahan dasar satoimo.

Talas jepang memiliki kandungan hyalitrotic acid merupakan senyawa pembentuk collagen, salah satu jenis protein yang diyakini bisa memperlambat proses penuaan kulit. Tepung talas jepang juga banyak dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan berbagai kosmetik.


MANFAAT TALAS JEPANG (SATOIMO)

  • UMBI SEGAR: Sebagai sumber kalsium dan kalori yang tinggi, kandungan karbonhidratnya rendah sehingga dapat dikonsumsi sebagai makanan diet juga baik untuk penderita diabetes.
  • PATI/TEPUNG: Sebagai bahan makanan/minuman sehat; seperti pengental (starch), bubur bayi, makanan orang tua, bahan baku kue dan roti, pencampur tepung terigu, sebagai pengganti kentang, dan bahan obat-obatan.
  • SERAT: Sebagai bahan campuran pembuatan jelly, es krim, biscuit, bahan sup, minuman berserat, pudding, makanan dan minuman diet dan penderita diabetes, dll.
PEMILIHAN LOKASI

Pemilihan lokasi untuk budidaya Satoimo sangatlah menentukan dalam keberhasilan usaha ini. Karena bila salah memilih lahan yang tidak sesuai dengan kebutuhan Komoditi Satoimo ini menjadi fatal untuk langkah selanjutnya & bisa dipastikan akan menuai kegagalan. Oleh karenanya perlu kecermatan dan dipatuhi syarat-syaratnya dari kebutuhan Satoimo tersebut.

SYARAT TUMBUH
  • Tanaman ini menyukai tempat terbuka dengan penyinaran penuh serta pada lingkungan dengan suhu 25-30 °C dan kelembaban tinggi.
  • Tanah harus memiliki struktur remah, galuh berpasir, drainase baik sepanjang tahun, banyak mengandung bahan organic ( humid acid, fluvic acid humin, humate, precursor phytohormon, dan precursor phytohormon cytokinin, yaitu trytophan dan adesine ).
  • Untuk mendapatkan hasil yang tinggi, harus tumbuh di tanah drainase baik dan pH tanah : 5,5 -7,0 dengan kelembaban tanah : 50 %-65 % . Bila pH di bawah 5,0 tanah dianjurkan diberi perlakuan kapur 1 ton/ha.
  • Cahaya matahari yang diperlukan untuk menyinari tanaman Satoimo mutlak 10 jam.
  • Untuk pertunasan benih/umbi perlu naungan
  • Tanaman ini membutuhkan tanah yang lembab dan cukup air. Apabila tidak tersedia air yang cukup atau mengalami musim kemarau yang panjang, tanaman talas sulit tumbuh atau kerdil. Namun butuh tanah berdrainase baik; tidak suka becek apalagi tergenang
CARA BUDIDAYA
Persiapan bibit
  • Bibit satoimo berupa umbi sebaiknya diambil dari tanaman yang sudah berumur tua yaitu lebih dari 6 bulan. Sebab jika menggunakan umbi yang sudah tua, membuat tingkat kegagalan semai sedikit.
  • Bibit yang digunakan berupa umbi yang telah lewat masa dormansi (masa di mana mata tunas mulai tumbuh) dengan ukuran berkisar 20-50 gram/umbi. Dapat juga menggunakan bibit talas dalam polybag hasil kultur jaringan dengan tinggi sekitar 10-15 cm dan minimal telah tumbuh 2 helai daun. Bisa juga tanaman muda (anakan) yang disapih dari induknya.
Penyemaian Bibit

Persemaian perlu dipersiapkan dengan seksama agar menghasilkan bibit yang berkualitas dan sehat, dengan prosedur sebagai berikut :
  • Untuk bibit satu 1 ha (25.000 umbi) dibutuhkan lahan persemaian sekitar 200 m2.
  • Sebelum bibit disemai pastikan benih bersih dari tanah, telah direndam dengan fungisida dan bakterisida sekitar 5 menit.
  • Penyemaian bibit dapat dilakukan di tanah atau di dalam polybag. Saat melakukan penyemaian bibit, pastikan tanah untuk menanam talas mengandung unsur hara yang cukup dan air yang cukup agar bibit tidak kekurangan air. Setelah itu bibit ditanam pada tanah gembur dan telah diberi pupuk kompos dengan perbandingan 1:2. Bibit kemudian diberi pelindung dengan jerami padi Paranet. Jika bibit telah berumur 0,5-1 bulan dan memiliki 1-2 daun, maka siap dipindah ke lapangan (ditanam)
  • Jika melakukan persemaian di polybag sebaiknya gunakan pupuk daun seminggu sekali sejak tanaman berusia 1 bulan hingga tanaman berumur 2 bulan. Kelebihan sistem ini yaitu mengurangi stres dan dapat menekan angka kematian ketika dipindahkan ke lapangan (hanya sekitar 3-5 %)
  • Letakan benih diatas tanah persemaian dengan cara calon tunas diletakkan diatas. Selanjutnya ditutupi tanah setinggi 1-2 cm.
  • Tanah persemaian ditutupi dengan jerami padi/alang-alang, untuk menjaga kelembaban tanah juga menjaga terpaan air hujan secara langsung.
  • Bila perlu bedengan diberi naungan (Sharlon net) untuk mengurangi terik matahari (musim panas) dan memecah air hujan (bila musim hujan)
  • Benih-benih yang sudah tumbuh bakal daun seperti kuncup tombak, siap untuk dipindah ke lahan tanam.
  • Satoimo dapat ditanam di lahan sawah atau tegalan. Namun lahan tersebut sebaiknya dengan alat olah tanah (tarktor/cangkul) hingga gembur; lalu dibuat guludan dengan lebar 120 cm dan tinggi 15-20 cm, serta jarak tanam 60 cm x 50 cm (untuk baris ganda). Namun bisa dengan jarak 80-100 cm x 50-40 cm.
  • Siapkan lubang tanam dengan diameter 25 cm dan kedalaman 20 cm. Masukkan pupuk kompos 1 kg/lubang tanam (untuk tanah kurang subur). Untuk mengatasi hama dianjurkan menggunakan pestisida organik yang dicampur merata dengan kompos. Sebelum ditanami, sebaiknya lahan diairi terlebih dahulu.
Pengolahan Tanah
Tanah harus diolah mengikuti prinsip-prinsip ekologi. Kegiatan pengolahan tanah yang dimaksud meliputi : Bajak dan Garu ; Dimaksudkan agar tanah menjadi gembur dan remah sehingga tanaman akan tumbuh dengan baik. Bajak dan Garu ini dapat dilakukan dengan menggunakan sapi / kerbau atau dengan menggunakan traktor.
Pembuatan Guludan
  • Guludan tidak boleh terlalu tinggi. Karena pada Satoimo pertumbuhan umbinya sebagian besar adalah keatas bukan kebawah, sehingga dalam masa pemeliharaan membutuhkan pembubunan (ipuk) terhadap umbi yang tumbuh diatas tanah.
  • Ukuran lebar guludan (L) = 20 cm dan panjang sesuai keadaan lahan, tinggi (T) = 10 – 15 cm.
  • Tanah harus dicangkul secara matang untuk menghasilkan tanah yang gembur dan rumputnya harus dibuang ditempat sampah yang nantinya dapat dijadikan kompos.
Pemupukan

Pemberian Kompos fermentasi ( pupuk kandang ) sangat baik sebagai pupuk tales satoimo dengan kandungan hara yang baik dan di butuhkan oleh tanaman :
  • Pastikan pemberian kompos fermentasi atau pupuk kandang kedalam lubang tanam dengan yang sudah matang.
  • sebelum penanaman spray tanah dengan dekomposer p2o 1 botol untuk lahan 1 hekter 
  • komosisi penggunaan kompos adalah sebanyak 1/4 kg/lubang. Sehingga untuk 1 hektar membutuhkan 2 ton/ha ( populasi tanaman = 10.000 tanaman).
  • Volume kompos yang diberikan sangat mempengaruhi terhadap hasil produksi tanaman itu sendiri
  • pemberian nutrisi p2o sangat baik untuk pertumbuhan tanaman lebih cepat pada usia 1 bulan fase vegetatif.
Pengendalian Gulma
  • Pembersihan gulma dan pembumbunan tanah, tingginya bumbunan 5 s/d 10 cm dari pangkal batang tanaman itu sendiri, juga dilakukan kalau terjadi erosi karena hujan. Penggunaan mulsa plastik secara efektif menekan gulma, namun menaikkan biaya.

Pengendalian HPT
Jenis penyakit yang sering menyerang pada tanaman satoimo :
  • Cabuk ( Myte )
  • Trip
  • Semut
  • Rayap
  • Ulat daun dan ulat umbi
  • Jamur ( Busuk Umbi )
semangat bertani 
salam p2o indonesia